Minggu, 08 Mei 2016

Catatan I-Tsing

Peta Perjalanan I-Tsing


*          Peta di atas dan data-data di bawah ini diambil dari buku “A Record of The Budhist Religion as Practised in India and The Malay Archipelago by I-Tsing Translated by J. Takakusu, B.A., PhD”.

Beberapa catatan I-Tsing tentang Sriwijaya (yang disebut dengan Sribhoga):
1.         Ibukota Bhoga terletak di Sungai Bhoga, itu adalah pelabuhan utama perdagangan dengan China, pelayaran reguler antara Bhoga dan Kwang-tung (Kanton, Guangzhou) dilakukan dengan menggunakan sebuah kapal dagang Persia.
2.         Jarak dari Kwang-tung ke Bhoga adalah 20 hari jika angin baik, atau kadang-kadang bisa sampai 1 bulan.
3.         Malayu, yang baru-baru ini dikuasai oleh Sribhoga berjarak 15 hari berlayar dari ibukota Bhoga, dan dari Malayu ke Ka-cha (Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam, ada juga yang mengatakan bahwa Ka-cha yang dimaksud adalah Kedah Darul Aman, Malaysia ) juga berjarak 15 hari, sehingga Malayu terletak di antara kedua tempat tersebut.
4.         Negara Sribhoga terletak di sebelah timur Pulushih (pulau Sumatera bagian barat).
5.         Raja Bhoga memiliki kapal-kapal yang kemungkinan untuk berdagang, berlayar antara India dan Bhoga.
6.         Raja Bhoga juga merupakan penguasa negeri-negeri sekitar. Ia seorang penganut agama Budha.
7.         Ibukota Bhoga adalah pusat pembelajaran umat Budha di antara pulau-pulau di laut China selatan, dan di sana terdapat lebih dari seribu bhiksu.
8.         Emas tampaknya berlimpah-ruah. Orang-orang biasanya mempersembahkan bunga lotus yang terbuat dari emas kepada (arca) Buddha. Mereka menggunakan guci-guci emas dan juga memiliki arca-arca emas.
9.         Orang-orangnya menggunakan kan-man (jubah atau kain panjang)
10.     Di negara Sribhoga, pada pertengahan bulan ke-8 dan bulan ke-2, jika orang berdiri di siang hari, tidak ada bayangan yang tampak. Matahari lewat persis di atas kepala dua kali dalam setahun.
11.     Bahasanya disebut dengan Kun-lun (Bahasa Melayu Kuno).


Kutipan kisah pelayaran I-Tsing ke Sriwijaya :
1.         Pada bulan kesebelas tahun ini (671 Masehi) kami mulai melihat ke arah rasi bintang Yi dan Chen, dan meninggalkan Kwang-tung di belakang kami ... Sebelum 20 hari berlayar, kapal telah tiba di Sribhoga, dimana aku menetap selama 6 bulan untuk belajar Sabdavidya. Sri Baginda sangat baik kepadaku dan menolong mengantarkan aku ke negera Malayu, di mana aku singgah selama 2 bulan, kemudian aku kembali meneruskan pelayaran ke Ka-cha ...  Berlayar dari Ka-cha menuju utara lebih dari sepuluh hari, kami sampai di negara orang telanjang (Nikobar) .... Dari sini berlayar ke arah barat laut selama setengah bulan, lalu kami sampai di Tamralipti (pantai timur India) ...
2.         Di tahun pertama masa Ch’ui-kung (685 Masehi) aku berpisah dengan Wu-hing di India. Setelah berhasil mengumpulkan kitab suci, aku mulai menelusuri kembali jejak perjalananku untuk pulang. Aku kemudian kembali ke Tamralipti ... Tamralipti adalah tempat kami naik kapal jika akan kembali ke Cina ... Berlayar dari sini menuju tenggara, dalam dua bulan kami sampai di Ka-cha ... Kami tinggal di Kedah sampai musim dingin, lalu naik kapal ke arah selatan. Setelah kira-kira sebulan, kami sampai di negera Malayu, yang sekarang menjadi bagian dari Sribhoga yang telah menguasai banyak negeri. Kapal-kapal umumnya tiba pada bulan pertama atau kedua. Kami tinggal di Malayu sampai pertengahan musim panas, lalu kami berlayar ke arah utara selama sekitar 1 bulan dan tiba di Kwang-tung ...

Senin, 02 Mei 2016

Prasasti Kedukan Bukit


Prasasti Kedukan Bukit

Alih Aksara  :
1.         Swasti, sri. Sakawarsatita 604 ekadasi su-
2.         klapaksa wulan Waisakha Dapunta Hyang naik di
3.         samwau mangalap siddhayatra. Di saptami suklapaksa
4.         wulan Jyestha Dapunta Hyang marlapas dari Minanga
5.         tamwan mamawa yang wala dua laksa dangan kosa
6.         dua ratus cara di samwau, dangan jalan sariwu
7.         telu ratus sapulu dua wanyaknya, datang di Mukha Upang
8.         sukhacitta. Di pancami suklapaksa wulan Asada
9.         laghu mudita datang marwuat wanua
10.     Sriwijaya jayasiddhayatra subhiksa

Alih Bahasa  :
1.         Bahagia, sukses. Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas
2.         paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di
3.         perahu melakukan perjalanan. Di hari ketujuh paroterang
4.         bulan Jesta Dapunta Hyang berlepas dari Minanga
5.         tambahan membawa balatentara dua laksa dengan perbekalan
6.         dua ratus peti di perahu, dengan berjalan seribu
7.         tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Muka Upang
8.         sukacita. Di hari kelima paroterang bulan Asada
9.         lega gembira datang membuat wanua …..
10.     Perjalanan jaya Sriwijaya berlangsung sempurna

-          Prasasti Kedukan Bukit pertama kali dikenali sebagai sebuah prasasti oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Desa Kedukan Bukit, Palembang Sumatera Selatan, tepatnya di tepian Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 x 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno.

-          Kalender Saka dimulai pada tanggal 14 Maret 78, tahun Saka dibagi menjadi dua belas bulan, yaitu :
1.         Srawanamasa (Juli - Agustus)
2.         Bhadrawadamasa (Agustus - September)
3.         Asujimasa (September - Oktober)
4.         Kartikamasa (Oktober - November)
5.         Margasiramasa (November - Desember)
6.         Posyamasa (Desember - Januari)
7.         Maghamasa (Januari - Februari)
8.         Phalgunamasa (Februari - Maret)
9.         Cetramasa (Maret - April)
10.      Wesakhamasa (April - Mei)
11.      Jyesthamasa (Mei - Juni)
12.      Asadhamasa (Juni - Juli)

-      Setiap bulan dibagi menjadi 2 bagian yaitu suklapaksa (paro terang, dari bulan mati sampai purnama) dan kresnapaksa (paro gelap, dari selepas purnama sampai menjelang bulan mati). Masing-masing bagian berjumlah 15 atau 14 hari (tithi). Jadi kalender Saka tidak mempunyai tanggal 16. Misalnya, tithi pancami suklapaksa adalah tanggal 5, sedangkan tithi pancami kresnapaksa adalah tanggal 20.

-          Pertanggalan yang tercantum dalam Prasasti Kedukan Bukit :
1.         Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas paroterang bulan Waisaka = 23 April 682 Masehi.
2.         Hari ketujuh paroterang bulan Jesta = 19 Mei 682 Masehi.
3.         Hari kelima paroterang bulan Asada = 16 Juni 682 Masehi.

-          Kesimpulan :
1.         Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra (perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang. Jayasiddhayatra dapat pula diartikan sebagai ekspedisi militer untuk menaklukkan suatu daerah.
2.         Perjalanan awal Dapunta Hyang dimulai pada tanggal 23 April 682 (Tempat asal Dapunta Hyang memulai perjalanan dan lama perjalanan Dapunta Hyang sampai ke Minanga belum diketahui).
3.         Minanga (lokasi belum diketahui) bukanlah tempat asal Dapunta Hyang, melainkan tempat persinggahan atau tempat yang didatangi oleh Dapunta Hyang sebelum tiba di Mukha Upang.
4.         Pada tanggal 18 Mei 682 Dapunta Hyang berangkat dari Minanga dengan membawa balatentara sebanyak 2 laksa (20.000) dengan perbekalan sebanyak 200 cara (peti), serta 1.312 tentara dengan berjalan di darat dan tiba di Mukha Upang (Jarak antara Perjalanan Dapunta Hyang ke Minanga hingga berlepas dari Minanga dengan membawa balatentara adalah 26 hari).
5.         “Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di perahu melakukan perjalanan”, dalam baris tersebut tidak dinyatakan bahwa Dapunta Hyang naik di perahu dan melakukan perjalanan diikuti oleh balatentaranya, ada kemungkinan bahwa perjalanan Dapunta Hyang ke Minanga bertujuan untuk menggabungkan diri pada balatentaranya yang berjumlah 20.000.
6.         Pada tanggal 16 Juni 682 Masehi dan mendirikan pemukiman (Perjalanan Dapunta Hyang dan balatentaranya dari Minanga ke Mukha Upang dan mulai mendirikan pemukiman memakan waktu selama 28 hari).
7.         “Di hari ketujuh paroterang bulan Jesta Dapunta Hyang berlepas dari Minanga tambahan membawa balatentara dua laksa dengan perbekalan dua ratus peti di perahu, dengan berjalan seribu tiga ratus dua belas banyaknya, datang di Muka Upang sukacita”. Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa balatentara Dapunta Hyang yang berangkat dari Minanga terbagi menjadi 2, sebanyak 20.000 balatentara yang menggunakan perahu, dan 1.312 balatentara  yang berjalan di darat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara Mukha Upang dan Minanga  tidak  terpisah oleh lautan yang berarti Minanga juga terletak di Pulau Sumatera.
8.         Mukha Upang (tempat dimana Dapunta Hyang tiba dari Minanga) dapat diartikan sebagai Muara Upang. Sampai saat ini masih terdapat Desa Upang yang terletak 36,5 km di sebelah Utara kota Palembang dan secara administratif berada di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Desa ini dikelilingi oleh sungai Musi yang bercabang dua di antaranya bercabang ke arah Timur dan Barat. Namun di Prasasti Kedukan Bukit tidak dituliskan tanggal saat Dapunta Hyang tiba di Mukha Upang.


Lokasi Desa Upang

9.         Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Desa Kedukan Bukit di tepian Sungai Tatang yang  berjarak 0,83 km dari puncak Bukit Seguntang. Diperkirakan Prasasti Kedukan Bukit baru ditulis setelah Dapunta Hyang mendirikan pemukiman yang berarti ada kemungkinan bahwa pemukiman yang mulai didirikan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 dimaksud terletak di Desa Kedukan Bukit Kota Palembang.

Lokasi Desa Kedukan Bukit

10.      Bukti awal mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari seorang pendeta Tiongkok, I-Tsing. Pada tahun 671 Masehi, I-Tsing berangkat dari Kanton menuju India, namun sebelum ke India dia singgah terlebih dahulu di Sriwijaya selama 6 bulan. Pada tahun 685, I-Tsing kembali ke Sriwijaya dan menetap selama 4 tahun. Berdasarkan bukti tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah berdiri sebelum Tahun 671 M dan jika dikaitkan dengan Prasasti Kedukan Bukit, jayasiddhayatra yang dimaksud adalah perjalanan pulang Dapunta Hyang beserta bala tentaranya dari ekspedisi militernya di Minanga dan pendirian Wanua di Desa Kedukan Bukit merupakan bentuk wujud syukur Dapunta Hyang atas suksesnya ekspedisi militernya di Minanga.
11.      “Bahagia, sukses. Tahun Saka berlalu 604 hari kesebelas paroterang bulan Waisaka Dapunta Hyang naik di perahu melakukan perjalanan”. Dalam kalimat tersebut tidak dikatakan tempat asal Dapunta Hyang sebelum melakukan perjalanan, namun diperkirakan tempat tersebut adalah Palembang, dimana pada tahun 671 Masehi, dari catatan I-Tsing disimpulkan bahwa Palembang telah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya.
12.      Jadi  jayasiddhayatra secara keseluruhan dapat pula diartikan bahwa Dapunta Hyang berangkat dari Palembang ke Minanga untuk memberikan apresiasi dan ucapan selamat kepada bala tentaranya atas keberhasilan ekspedisi militernya di Minanga, kemudian beliau beserta bala tentaranya melakukan perjalanan pulang ke Palembang. Namun, dimanakah letak Minanga dan apa alasan Dapunta Hyang menaklukkan Minanga? Pertanyaan ini akan dibahas selanjutnya di “Catatan I-Tsing”.